Section
Open allClose all
Instructions: Clicking on the section name will show / hide the section.
- 1
4 March - 10 March
Perkuliahan Sesi 1 (Tatap Muka)
- 2
11 March - 17 March
Perkuliahan Sesi 2 (OnLine)
KESEHATAN REPRODUKSI SEBAGAI DASAR UNTUK MENGIDENTASI MASALAH KESEHATAN IBU SEPANJANG RENTANG USIA
IDENTIFIKASI PELAYANAN POKOK PUSKESMAS : KIA DAN KB
BUAT ANALISA KEBUTUHAN DALAM BENTUK PROMOSI ATAU PREVENTIF TERHADAP MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI DALAM MENCAPAI DERAJAT KESEHATAN BANGSA YANG OPTIMAL
- 3
18 March - 24 March
Perkuliahan Sesi 3 (OnLine)
MATA KULIAH INI TENTANG PROSES KEHAMILAN DAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN JANIN DALAM KANDUNGAN IBU
MATA KULIAH INI BERISIKAN TENTANG PROSES KEHAMILAN SERTA TUMBUH KEMBANG JANIN
APA YANG MENYEBABKAN SPREMA MAMPU BERTEMU SELTELUR
- 4
25 March - 31 March
Perkuliahan Sesi 4 (OnLine )
matakuliah keperwatan maternitas kali ini membahas gizi dan kehamilan , bahasan perupa pentingnya dan besarnya pengaruh gizi yang cukup untuk ibu selama periode kehamilan sebagai dasar untuk menghadap proses persalinan dan kecukupan gizi ibu selama pemberian asi dan tumbang bayi
jelaskan mengapa kebutuhan zat besi, asam folat dan kalsium menjadi sangat penting selama kehamilan
- 5
1 April - 7 April
Perkuliahan Sesi 5 (OnLine)
materi kuliah ini berisikan tentang kebijakan kesehatan ibu dan anak pada pemerintahan Republik Indonesia , setelah sekianlama belum juga mampu menurunkan angka kematian ibu dan angka kesakitannya , demikian juga untuk bayi
program kesehatan ibu dan anak bukan semata -mata milik bidan pada tatanan pelayanan kesehatan, semua provider punya hak dan kewajiban ikut serta dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang merupakan indikator derajat kesehatan suatu bangsa ; identifikasi satu program pelayanan kesehatan ibu dan terjemahkan kedalam bentuk pelayanan yang dapat di kerjakan oleh perawat dengan amat profesional .
- 6
8 April - 14 April
Perkuliahan Sesi 6 (OnLine)
Tugas pokok seorang perawat pelaksana maternitas adalah melaksanakan asuhan keperawatan maternitas sesuai dengan standar berdasarkan kompetensi yang telah ditetapkan. Dengan mempelajari modul ini seorang perawat pelaksana diharapkan memahami peran perawat pelaksana dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kompetensinya. Lingkup materi yang dibahas dalam modul ini adalah manajemen asuhan keperawatan maternitas dasar.
Sangat penting tenaga kesehatan untuk memahami sejarah teori keperawatan, banyak dari teori yang didapat u dipraktikkan sekarang ini, kadang- kadang seseorang tidak mengetahui bahwa mereka menggunakan teori dalam penyelenggaraan asuhan . Salah satu konsep atau teori tersebut adalah teori dari Ernestine Wiedenbach. Wiedenbach adalah seorang nurse-midwife yang juga teoris di bidang keperawatan. Ia berkualifikasi sebagai perawat pada tahun 1925, dan menjadi nurse-midwife pada tahun 1946. Salah satu karya besarnya adalah kolaborasi dengan filsuf Dickoff dan James tahun 1960 (Bryar, 1995) ketika ia menjadi mahasiswa di Yale University School of Nursing. Teori perspektif yang diciptakan oleh Ernestine Wiedenbach mengemukakan tentang imu perawatan klinis yang digunakan dalam berkomunikasi dengan klien dan filosofi dalam ilmu keperawatan.
Identifikasi komponen model konseptual Wiedenbach
- 7
15 April - 21 April
Perkuliahan Sesi 7 (Tatap Muka)
- 8
22 April - 28 April
- 9
29 April - 5 May
Ujian Tengah Semester /UTS - 10
6 May - 12 May
Perkuliahan Sesi 8 (OnLine)
Kesejahteraan janin merupakan hal penting untuk mendiagnosa kondisi janin dalam kandungan ibu melalui pemeriksaan CTG , melihat kondisi janin dalam rahim melalui dampak adanya kontraksi rahim
Penilaian kesejahteraan janin yang konvensional umumnya dikerjakan dengan cara-cara yang tidak langsung, seperti palpasi abdomen, pengukuran tinggi fundus, maupun penilaian gejala atau tanda fisik ibu yang diduga dapat mengancam kesejahteraan janin (misalnya hipertensi, perdarahan pervaginam dan sebagainya). Cara-cara seperti itu seringkali tidak untuk memprediksi kesejahteraan janin, sehingga sulit digunakan untuk membuat strategi yang rasional dalam upaya pencegahan dan intervensi penanganan janin yang mengalami gangguan intrauterin
Dalam konsep obstetri modern, khususnya di bidang perinatologi, janin dipandang sebagai individu yang harus diamati dan ditangani sebagaimana layaknya seorang pasien).Janin perlu mendapat pemeriksaan fisik untuk mengetahui apakah kondisinya aman, atau dalam bahaya (asfiksia, pertumbuhan terhambat, cacat bawaaan, dan sebagainya).Pengetahuan akan hal itu akan menentukan segi penanganan janin selanjutnya. Penilaian profil biofisik janin merupakan salah satu cara yang efektif untuk mendeteksi adanya asfiksia janin lebih dini, sebelum menimbulkan kematian atau kerusakan yang permanen pada janin. Pemeriksaan tersebut dimungkinkan terutama dengan bantuan peralatan elektronik, seperti ultrasonografi (USG) dan kardiotokografi (KTG).
tugas mahasiswa :
UP LOAD gambaran kelainan hasil rekamam CTG pada kondisi bayi mengalami akselerasi dan deselerasi
- 11
13 May - 19 May
Perkuliahan Sesi 9 (OnLine)
PERSALINAN NORMAL
• Proses kelahiran cukup bulan (atrem, 40 mg) disertai pengeluaran plasenta dan membrane
• Posisi memanjang dengan presentasi belakang kepala
• Lamanya < 24 Jam
• Tanpa bantuan alat
Tanpa komplikasibersalin atau melahirkan adalah kondisi fisiologis ,
tugas mahasiswa identifikasi hal yang berpeluang mempersulit proses persalinan yang terjadi :
dari aspek ibu dan bayi masing2 cukup 3 ( tiga option )
- 12
20 May - 26 May
Perkuliahan Sesi 10 (OnLine)
Relaksasi adalah satu bentuk aktivitas yang dapat membantu mengatasi stres. Teknik relaksasi ini melibatkan pergerakan anggota badan secara mudah dan boleh dilakukan di mana-mana saja. Dalam Relaksasi dapat ditambahkan dengan melakukan visualisasi. Visualisasi adalah suatu cara untuk melepaskan gangguan dalam pikiran dengan cara membayangkan gangguan itu sebagai sesuatu benda, dan kemudian kita melepaskannya
Nyeri pada persalinan merupakan respon fisiologis tetapi dapat mengakibatkan peningkatan katekolamin yang berakibat mengganggu kontraksi uterus sehingga dapat menyebabkan inersia uteri, partus lama, oksigenasi pada janin tidak adekuat hingga distress janin, serta kematian ibu dan atau janin apabila nyeri persalinan tidak ditangani. Oleh karena itu penting penanganan nyeri bagi ibu selama persalinan.
sebutkan dan jelaskan ( cara kerja obat dan efek ) penatalaksanaan nyeri bersalin dengan menggunakan obat / farmacologi
- 13
27 May - 2 June
Perkuliahan Sesi 11 (OnLine)
Tugas pokok seorang perawat neonatus adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada neonatus sesuai dengan standar berdasarkan kompetensi yang telah ditetapkan. Dengan mempelajari modul ini seorang perawat pelaksana diharapkan memahami peran perawat pelaksana dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan kompetensinya. Lingkup materi yang dibahas dalam modul ini adalah manajemen asuhan keperawatan pada neonatus dalam konteks keperawatan perinatologi berpusat pada keluarga
- 14
3 June - 9 June
LIBUR Hari Raya Idul Fitri 1440 H - 15
10 June - 16 June
LIBUR Hari Raya Idul Fitri 1440 H - 16
17 June - 23 June
Perkuliahan Sesi 12 (OnLine)
proses laktasi memerlukan makanan untuk ibu menyusui agar kualitas asi yang dihasilkan cukup baik
makanan apa sajayang baikuntuk ibu menyusui :buat daftar menu makan satu hari
- 17
24 June - 30 June
Perkuliahan Sesi 13 (OnLine)
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir harus dilakukan di hari pertama usai dilahirkan. Adapun pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan tanda vital termasuk suhu tubuh, detak jantung, dan pernapasan bayi, panjang dan berat badan, serta pemeriksaan spesifik organ vital tubuh.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah prosedur kesehatan rutin yang penting dilakukan oleh petugas kesehatan yang memiliki kewenangan dan kemampuan untuk memastikan bayi yang baru lahir dalam keadaan sehat. Pemeriksaan ini juga penting untuk mendeteksi kondisi atau penyakit tertentu pada Si Kecil sejak dini.
Umumnya, pemeriksaan fisik bayi baru lahir dilakukan di rumah sakit sebelum ibu dan bayinya pulang ke rumah. Bunda dan Ayah disarankan tetap berada di rumah sakit atau di klinik sampai pemeriksaan selesai, dan menunggu dokter menjelaskan hasil pemeriksaan .Kuning dalam istilah dunia kedokteran disebut dengan jaundice atau ikterus. Istilah jaundice (berasal dari bahasa Perancis jaune, yang berarti kuning) atau ikterus (berasal dari bahasa Yunani icteros) menunjukkan pewarnaan kuning pada kulit, sklera atau membran mukosa sebagai akibat penumpukan bilirubin yang berlebihan pada jaringan. Kuning sering ditemukan pada sekitar 60% bayi baru lahir yang sehat dengan usia gestasi > 35 minggu.
Kadar bilirubin serum total (BST) > 5 mg/dL (86 μmol/L) disebut dengan hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia umumnya normal, hanya 10% yang berpotensi menjadi patologis (ensefalopati bilirubin). Hiperbilirubinemia yang mengarah ke kondisi patologis antara lain : (1) timbul pada saat lahir atau pada hari pertama kehidupan, (2) kenaikan kadar bilirubin berlangsung cepat (> 5 mg/dL per hari), (3) bayi prematur, (4) kuning menetap pada usia 2 minggu atau lebih, dan (5) peningkatan bilirubin direk > 2 mg/d atau > 20 % dari BST.
Ketakutan yang berlebihan dalam menghadapi hiperbilirubinemia dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan, seperti meningkatnya kecemasan ibu, menurunnya aktivitas menyusui, terapi yang tidak perlu, dan biaya yang berlebihan. Oleh karena itu, tata laksana hiperbilirubinemia harus sesuai dan efektif.
Metabolisme bilirubin pada neonatus
Sel darah merah pada neonatus berumur sekitar 70-90 hari, lebih pendek dari pada sel darah merah orang dewasa, yaitu 120 hari. Secara normal pemecahan sel darah merah akan menghasilkan heme dan globin. Heme akan dioksidasi oleh enzim heme oksigenase menjadi bentuk biliverdin (pigmen hijau). Biliverdin bersifat larut dalam air. Biliverdin akan mengalami proses degradasi menjadi bentuk bilirubin. Satu gram hemoglobin dapat memproduksi 34 mg bilirubin. Produk akhir dari metabolisme ini adalah bilirubin indirek yang tidak larut dalam air dan akan diikat oleh albumin dalam sirkulasi darah yang akan mengangkutnya ke hati . Bilirubin indirek diambil dan dimetabolisme di hati menjadi bilirubin direk. Bilirubin direk akan diekskresikan ke dalam sistem bilier oleh transporter spesifik. Setelah diekskresikan oleh hati akan disimpan di kantong empedu berupa empedu. Proses minum akan merangsang pengeluaran empedu ke dalam duodenum. Bilirubin direk tidak diserap oleh epitel usus tetapi akan dipecah menjadi sterkobilin dan urobilinogen yang akan dikeluarkan melalui tinja dan urin. Sebagian kecil bilirubin direk akan didekonjugasi oleh β-glukoronidase yang ada pada epitel usus menjadi bilirubin indirek. Bilirubin indirek akan diabsorpsi kembali oleh darah dan diangkut kembali ke hati terikat oleh albumin ke hati, yang dikenal dengan sirkulasi enterohepatik.
Bayi baru lahir dapat mengalami hiperbilirubinemia pada minggu pertama kehidupannya berkaitan dengan: (1) meningkatnya produksi bilirubin (hemolisis) (2), kurangnya albumin sebagai alat pengangkut (3) penurunan uptake oleh hati, (4) penurunan konjugasi bilirubin oleh hati, (5) penurunan ekskresi bilirubin, dan (6) peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Hiperbilirubinemia yang berhubungan dengan pemberian ASIKeberhasilan proses menyusui ditentukan oleh faktor ibu dan bayi. Hambatan pada proses menyusui dapat terjadi karena produksi ASI yang tidak cukup, atau ibu kurang sering memberikan kesempatan pada bayinya untuk menyusu. Pada beberapa bayi dapat terjadi gangguan menghisap. Hal ini mengakibatkan proses pengosongan ASI menjadi tidak efektif. ASI yang tertinggal di dalam payudara ibu akan menimbulkan umpan balik negatif sehingga produksi ASI menurun. Gangguan menyusui pada ibu dapat terjadi preglandular (defisiensi serum prolaktin, retensi plasenta), glandular (jaringan kelenjar mammae yang kurang baik, riwayat keluarga, post mamoplasti reduksi), dan yang paling sering gangguan postglandular (pengosongan ASI yang tidak efektif).
Hiperbilirubinemia yang berhubungan dengan pemberian ASI dapat berupa breastfeeding jaundice (BFJ) dan breastmilk jaundice (BMJ). Perbedaannya dapat dilihat pada Tabel 1. Bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat mengalami hiperbilirubinemia yang dikenal dengan BFJ. Penyebab BFJ adalah kekurangan asupan ASI. Biasanya timbul pada hari ke-2 atau ke-3 pada waktu ASI belum banyak. Breastfeeding jaundice tidak memerlukan pengobatan dan tidak perlu diberikan air putih atau air gula. Bayi sehat cukup bulan mempunyai cadangan cairan dan energi yang dapat mempertahankan metabolismenya selama 72 jam. Pemberian ASI yang cukup dapat mengatasi BFJ. Ibu harus memberikan kesempatan lebih pada bayinya untuk menyusu. Kolostrum akan cepat keluar dengan hisapan bayi yang terus menerus. ASI akan lebih cepat keluar dengan inisiasi menyusu dini dan rawat gabung.
Breastmilk jaundice mempunyai karakteristik kadar bilirubin indirek yang masih meningkat setelah 4-7 hari pertama. Kondisi ini berlangsung lebih lama daripada hiperbilirubinemia fisiologis dan dapat berlangsung 3-12 minggu tanpa ditemukan penyebab hiperbilirubinemia lainnya. Penyebab BMJ berhubungan dengan pemberian ASI dari seorang ibu tertentu dan biasanya akan timbul pada setiap bayi yang disusukannya. Semua bergantung pada kemampuan bayi tersebut dalam mengkonjugasi bilirubin indirek (bayi prematur akan lebih berat ikterusnya). Penyebab BMJ belum jelas, beberapa faktor diduga telah berperan sebagai penyebab terjadinya BMJ. Breastmilk jaundise diperkirakan timbul akibat terhambatnya uridine diphosphoglucoronic acid glucoronyl transferase (UDPGA) oleh hasil metabolisme progesteron yaitu pregnane-3-alpha 20 beta-diol yang ada dalam ASI ibu-ibu tertentu. Pendapat lain menyatakan hambatan terhadap fungsi glukoronid transferase di hati oleh peningkatan konsentrasi asam lemak bebas yang tidak di esterifikasi dapat juga menimbulkan BMJ. Faktor terakhir yang diduga sebagai penyebab BMJ adalah peningkatan sirkulasi enterohepatik. Kondisi ini terjadi akibat (1) peningkatan aktifitas beta-glukoronidase dalam ASI dan juga pada usus bayi yang mendapat ASI, (2) terlambatnya pembentukan flora usus pada bayi yang mendapat ASI serta (3) defek aktivitas uridine diphosphateglucoronyl transferase (UGT1A1) pada bayi yang homozigot atau heterozigot untuk varian sindrom Gilbert.Pedoman terapi sinar pada breastfeeding jaundice dan breastmilk jaundice
The American Academy of Pediatrics (AAP) telah membuat parameter praktis untuk tata laksana hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan yang sehat dan pedoman terapi sinar pada bayi usia gestasi ‰¥ 35 minggu. Pedoman tersebut juga berlaku pada bayi cukup bulan yang sehat dengan BFJ dan BMJ. AAP tidak menganjurkan penghentian ASI dan telah merekomendasikan pemberian ASI terus menerus (minimal 8-10 kali dalam 24 jam). Penggantian ASI dengan pemberian air putih, air gula atau susu formula tidak akan menurunkan kadar bilirubin pada BFJ maupun BMJ yang terjadi pada bayi cukup bulan sehat.
Gartner dan Auerbach mempunyai pendapat lain mengenai pemberian ASI pada bayi dengan BMJ. Pada sebagian kasus BMJ, dilakukan penghentian ASI sementara. Penghentian ASI akan memberi kesempatan hati mengkonjungasi bilirubin indirek yang berlebihan. Apabila kadar bilirubin tidak turun maka penghentian ASI dilanjutkan sampai 18-24 jam dan dilakukan pengukuran kadar bilirubin setiap 6 jam. Apabila kadar bilirubin tetap meningkat setelah penghentian ASI selama 24 jam, maka jelas penyebabnya bukan karena ASI, ASI boleh diberikan kembali sambil mencari penyebab hiperbilirubinemia yang lain. Jadi penghentian ASI untuk sementara adalah untuk menegakkan diagnosis.
Persamaannya dengan AAP yaitu bayi dengan BFJ tetap mendapatkan ASI selama dalam proses terapi. Tata laksana yang dilakukan pada BFJ meliputi (1) pemantauan jumlah ASI yang diberikan apakah sudah mencukupi atau belum, (2) pemberian ASI sejak lahir dan secara teratur minimal 8 kali sehari, (3) pemberian air putih, air gula dan formula pengganti tidak diperlukan, (4) pemantauan kenaikan berat badan serta frekuensi BAB dan BAK, (5) jika kadar bilirubin mencapai 15 mg/dL, perlu melakukan penambahan volume cairan dan stimulasi produksi ASI dengan melakukan pemerasan payudara, (6) jika kadar bilirubin mencapai kadar 20 mg/dL, perlu melakukan terapi sinar jika terapi lain tidak berhasil, dan (7) pemeriksaan komponen ASI dilakukan jika hiperbilirubinemia menetap lebih dari 6 hari, kadar bilirubin meningkat melebihi 20 mg/dL, atau riwayat terjadi BFJ pada anak sebelumnya.
Yang dimaksud dengan fototerapi intensif adalah radiasi dalam spektrum biru-hijau (panjang gelombang antara 430-490 nm), setidaknya 30 μW/cm2 per nm (diukur pada kulit bayi secara langsung di bawah pertengahan unit fototerapi) dan diarahkan ke permukaan kulit bayi seluas-luasnya. Pengukuran harus dilakukan dengan radiometer spesifik dari manufaktur unit fototerapi
tersebut.Selanjutnya pertanyaan yang sering timbul adalah kapan terapi sinar harus dihentikan. Sampai saat ini belum ada standar pasti untuk menghentikan terapi sinar, akan tetapi terapi sinar dapat dihentikan bila kadar BST sudah berada di bawah nilai cut off point dari setiap kategori. Untuk bayi yang dirawat di rumah sakit pertama kali setelah lahir (umumnya dengan kadar BST > 18 mg/dL (308 μmol/L) maka terapi sinar dapat dihentikan bila BST turun sampai di bawah 13 - 14 mg/dL (239 μmol/L). Untuk bayi dengan penyakit hemolitik atau dengan keadaan lain yang diterapi sinar di usia dini dan dipulangkan sebelum bayi berusia 3-4 hari, direkomendasikan untuk pemeriksaan ulang bilirubin 24 jam setelah dipulangkan. Bayi yang dirawat di rumah sakit untuk kedua kali dengan hiperbilirubinemia dan kemudian dipulangkan, jarang terjadi kekambuhan yang signifikan sehingga pemeriksaan ulang bilirubin dilakukan berdasarkan indikasi klinis.
Sebagian besar unit neonatal di Indonesia masih memberikan terapi sinar pada setiap bayi baru lahir cukup bulan dengan BST ‰¥ 12 mg/dL atau bayi prematur dengan BST ‰¥ 10 mg/dL tanpa melihat usia. Diharapkan agar penggunaan terapi sinar atau transfusi tukar disesuaikan dengan anjuran AAP. Gartner dan Auerbach merekomendasikan jika kadar bilirubin > 20 mg/dL pada bayi cukup bulan, maka penting untuk menurunkan kadar bilirubin secepatnya. Terapi sinar harus segera dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan laboratorium darah untuk penegakan diagnosis BFJ dan BMJ. Pada beberapa kasus, pemberian cairan intra vena dapat dipertimbangkan misalnya ada dehidrasi atau sepsis. Terapi sinar dapat dilakukan bila ada riwayat pada saudara sebelumnya mengalami BMJ. Batas kadar bilirubin untuk melakukan terapi sinar biasanya lebih rendah pada kasus tersebut (< 12 mg/dL). Pemantauan lanjut saat bayi sudah di rumah juga penting dilakukan. Pemantauan dapat berlangsung selama kurang lebih 14 hari. Pemantauan dilakukan terutama jika kadar bilirubin mencapai > 12 mg/dL.
pertanyaannya : identifikasi tahapan penyakit kuning pada bayi baru lahir
bagaimana menurut anda tentang jemur bayi ? beri opini anda dalam bentuk kalimat
- 18
1 July - 7 July
Perkuliahan Sesi 14 (Tatap Muka)
- 19
8 July - 14 July
Ujian Akhir Semester /UAS - 20
15 July - 21 July
Ujian Akhir Semester /UAS